LAPORAN
PRAKTIKUM
PARASITOLOGI
PEMERIKSAAN
PARASIT PADA FAESES MANUSIA
AYU
PERTIWI
P27833112026
NON
REGULER / B
KEMENTRIAN
KESEHATAN RI
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI
DIII KAMPUS SURABAYA
Tahun 2013
PEMERIKSAAN
PARASIT PADA FAESES MANUSIA
Ø Lokasi
Laboratorium
Kesehatan Lingkungan Poltekkes Surabaya
Ø Waktu
Praktikum
Pemeriksaan Parasit Pada Faeses Manusia dilaksanakan pada tanggal 14 Maret
2013.
Ø Tujuan
Untuk
mengetahui apakah faeses yang diperiksa terkontaminasi oleh parasit khususnya
telur cacing atau tidak.
Ø Dasar Teori
Penyakit
infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tinggi prevelansinya terutama pada
penduduk di daerah tropik seperti di Indonesia, dan merupakan masalah yang
cukup besar bagi bidang kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan Indonesia
berada dalam kondisi geografis dengan temperatur dan kelembaban yang sesuai,
sehingga kehidupan cacing ditunjang oleh proses daur hidup dan cara penularannya.
Parasit merupakan kelompok biota yang
pertumbuhan dan hidupnya bergantung pada makhluk lain yang dinamakan inang.
Inang dapat berupa binatang atau manusia. Menurut cara hidupnya, parasit dapat
dibedakan menjadi ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah jenis parasit
yang hidup di permukaan luar tubuh, sedangkan endoparasit adalah parasit yang
hidup di dalam organ tubuh inangnya. Parasit yang hidup pada inangnya dalam
satu masa/tahapan pertumbuhannya seluruh masa hidupnya sesuai masing-masing
jenisnya (Setyorini dan Purwaningsih, 1999).
Feses
biasanya hanya dianggap
sebagai sesuatu yang kotor dan harus segera dibuang. Tetapi, sisa dari isi
perut ini (bowel movements) dapat memberikan informasi penting pada
dokter mengenai apa yang terjadi ketika anak mengalami masalah di perut, usus,
atau di bagian lain dari sistem pencernaan. Dokter mungkin akan meminta contoh
feses untuk dites atas beberapa kemungkinan penyebab termasuk:
- Alergi atau peradangan
di tubuh, untuk evaluasi terhadap alergi protein susu pada bayi.
- Infeksi, yang disebabkan
oleh beberapa jenis bakteri, virus, atau parasit yang menyerang sistem
pencernaan.
- Masalah pencernaan
seperti malabsorpsi tertentu seperti gula, lemak, atau bahan gizi lainnya.
- Perdarahan di dalam
saluran gastrointestinal.
Alasan paling umum pengujian feses
adalah untuk menentukan apakah ada satu jenis bakteri atau parasit yang
menginfeksi usus. Banyak organisme sangat kecil yang hidup di dalam usus. Hal
ini normal saja karena organisme ini memang diperlukan untuk pencernaan.
Tetapi, kadang usus dapat terinfeksi oleh bakteri atau parasit jahat yang
menjadi penyebab beberapa macam kondisi seperti diare berdarah. Jika begitu,
mungkin akan diperlukan pemeriksaan terhadap feses di bawah mikroskop,
membiakkannya (kultur), dan melakukan tes-tes lain untuk mencari penyebab dari
masalah yang terjadi.
Sebuah analisis feses adalah serangkaian
tes dilakukan pada sampel (kotoran) tinja untuk membantu mendiagnosa kondisi
tertentu yang mempengaruhi saluran pencernaan .Kondisi ini
dapat mencakup infeksi (seperti
dari parasit , virus , atau bakteri ), penyerapan
gizi yang buruk, atau kanker .
Manusia
merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakit yang disebabkanya
disebut askariasis. Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan cacing betina 22-35
cm. Stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat
bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir sehari, terdiri telur yang dibuahi, dan
yang tidak dibuahi. Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60x45 mikron dan
yang tidak dibuahi 90x40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang
dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
Bentuk infektif ini, bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus.
Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe,
lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di
paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk ke rongga
alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea
penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke esofagus, lalu
menuju ke usus halus. Di usus halus, larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak
telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang
lebih 2 bulan (Gandahusada dkk, 1998).
Pemeriksaan
Parasit Pada Faeses Manusia
Ø Lokasi
Laboratorium
Kesehatan Lingkungan Poltekkes Surabaya
Ø Waktu
Praktikum
Pemeriksaan Parasit Pada Faeses Manusis dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2013
pukul 09.15 WIB.
Ø Tujuan
Untuk
mengetahui apakah faeses yang diperiksa terkontaminasi oleh parasit khususnya
telur cacing atau tidak.
Ø Alat dan Bahan
· Alat
1.
Mikroskop
2.
Pipet
tetes
3.
Objek
glass
4.
Cover
glass
5.
Batang
lidi
· Bahan
1.
Sample
faeses manusia
2.
Garam
fisiologis
3.
Lugol
Ø Cara Kerja
1.
Homogenkan
terlebih dahulu dampel faeses menggunakan batang lidi
2.
Tuangkan
1 tetes garam fisiologis/lugol pada objek glass
3.
Tambahkan
kedalamnya sedikit faeses yang sudah dihomogenkan
4.
Campur
merata dengan menggunakan batang lidi
5.
Segera
tutup dengan cover glass
6.
Lalu
periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 – 40 kali
Ø Hasil
dan Pembahasan
Dari
hasil pemeriksaan parasit pada faeses manusia ternyata negative, tidak
mengandung telur cacing.
Identitas :
Nama : Ny. Rahayu
Hasil macros :
Bau : Khas
Konsistensi : Cair
Warna : Coklat kekuningan
Lendir : Negatif
Darah : Negatif
Hasil micros :
Leukosit : Negative
Eritrosit : Negatif
Parasit : Negatif
Ø Kesimpulan
Faeses
manusia milik Ny. Rahayu yang diperiksa ternyata tidak mengandung telur cacing melalui
pemeriksaan macros dan micros. Selain itu, pemeriksaan ini juga melatih agar
dapat membuat preparat untuk pemeriksaan faeses manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Gandahusada,
Srisasi dkk. 1998. Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta.
Setyorini,
A. C. dan Purwaningsih, E. 1999. Pengelolaan Koleksi Spesimen Zoologi.
Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor
Widyastuti,
Retno dkk. 2002. Parasitologi. Universitas Terbuka, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar