LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
KEANEKARAGAMAN
FLORA DAN FAUNA
“FAUNA MALAM”
Kelas A Kelompok A
AYU PERTIWI
P27833112026
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIII KAMPUS SURABAYA
Tahun 2012
·
Lokasi
Kebun Binatang Surabaya
·
Waktu
Pengamatan dilakukan hari Rabu, 12 Desember 2012
·
Tujuan
-
Mengetahui
tentang keanekaragaman fauna yang ada di
Kebun Binatang Surabaya.
-
Dapat
mnegidentifikasi cirri-ciri fauna tersebut.
-
Dapat mengidentifikasi
habitat, spesies, ekosistem, dan populasi fauna malam tersebut.
·
Hasil praktikum
Pada hari Rabu
tanggal 12 Desember 2012
telah dilakukan pengamatan tentang keanekaragaman hayati fauna yang ada di Kebun Binatang Surabaya.
Fauna malam yang ada di Kebun Binatang Surabaya antara lain burung gagak,
burung hantu, kucing bakau, landak, kalong, berang – berang, binturung, harimau
sumatera, dan trenggiling.
·
Hasil pengamatan
fauna malam yang ada di Kebun Binatang Surabaya
1.
Burung Gagak
Gagak
|
Gagak adalah anggota burung
pengicau (Passeriformes)
yang termasuk dalam marga Corvus, suku Corvidae.
Hampir
semua jenis burung ini berukuran relatif besar dan berwarna bulu dominan hitam.
Daerah sebarannya ada di seluruh benua dan kepulauan, dengan perkecualian di Amerika Selatan.
Di
antara jenis-jenis unggas, gagak diketahui mempunyai tingkat kecerdasan
tertinggi di antara para burung. Kualitas
ini sudah sejak lama diketahui manusia, khususnya dalam keterampilannya mencuri
berbagai alat bantu manusia. Hewan ini mempunyai kemampuan belajar dan dapat
memecahkan permasalahan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya.
Di
beberapa kebudayaan dan mitologi,
burung gagak kerap dikaitkan dengan sesuatu yang buruk. Di Eropa, gagak dipercaya
sebagai burung peliharaan penyihir. Di Indonesia,
gagak di hutan dianggap dapat menjadi pertanda kesulitan yang bakal timbul. Ada
pula kepercayaan yang mengaitkan sate gagak untuk memanggil genderuwa.
Burung
ini dimasyarakat sering dibagi menjadi dua, yaitu burung gagak buah atau bunga
dan burunhg gagak bangkai. Gagak buah biasa dipelihara karena dari segi
pemeliharaan lebih mudah daripada gagak bangkai. Burung gagak biasa bertelur di
pohon tinggi dan biasa membangun sendiri sarangnya. Burung gagak biasa bertelur
2-3 butir. Habitat burung gagak terdapat di pegunungan ataupun di pemukiman.
Burung Gagak Banggai (Corvus unicolor)
merupakan burung endemik yang hanya ditemukan di kepulauan Banggai (Kabupaten
Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah). Habitat burung langka ini adalah hutan dengan
ketinggian hingga 900 meter dpl.
Setelah sekian tahun tidak diketahui keberadaannya
baru pada tahun 2008 burung
endemik ini
ditemukan kembali. Populasinya diperkirakan hanya berkisar antara 30-200 ekor
dan hanya bisa dijumpai di bagian barat dan tengah pulau Peleng, pulau dengan
luas 2.340 km² yang merupakan salah satu di Kepulauan Banggai.
Karena populasinya yang kecil dan tunggal (hanya
terdapat dalam satu lokasi) serta ancaman rusaknya hutan sebagai habitat
alaminya, Gagak Banggai (Corvus unicolor) dievaluasi oleh IUCN Redlist dalam status konservasi Critically
Endangered sejak tahun 2005. Gagak Banggai menjadi salah satu dari 18
burung paling langka di Indonesia dengan status Critically Endangered (kritis).
2. Burung Hantu
Burung
Hantu
|
Suku/familia
|
Burung
Hantu
|
Burung
Hantu
|
Burung
hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo
Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora,
pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Seluruhnya,
terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh
dunia kecuali Antartika,
sebagian besar Greenland,
dan beberapa pulau-pulau terpencil.
Di
dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat
di Indonesia dianggap pembawa pratanda maut, maka namanya Burung Hantu.
Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai
burung hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah darès atau manuk
darès yang tidak ada
konotasinya dengan maut atau hantu. Di Sulawesi
Utara, burung hantu dikenal dengan nama Manguni.
Burung
hantu dikenal karena matanya
besar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnya jenis burung lain yang
matanya menghadap ke samping. Bersama paruh
yang bengkok tajam seperti
paruh elang dan susunan bulu di kepala yang
membentuk lingkaran wajah,
tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan
kadang-kadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat
ke belakang.
Umumnya
burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam
dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak,
menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang
hari di bawah lindungan daun-daun. Ekor burung hantu umumnya pendek, namun
sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang
tubuhnya.
Kebanyakan
jenis burung hantu berburu di malam hari, meski sebagiannya berburu ketika hari
remang-remang di waktu subuh dan sore (krepuskular) dan ada pula
beberapa yang berburu di siang hari.
Mata
yang menghadap ke depan, sehingga memungkinkan mengukur jarak dengan tepat;
paruh yang kuat dan tajam; kaki yang cekatan dan mampu mencengkeram dengan
kuat; dan kemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modal dasar bagi kemampuan
berburu dalam gelapnya malam. Beberapa jenis bahkan dapat memperkirakan jarak
dan posisi mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkan indera pendengaran
dibantu oleh bulu-bulu wajahnya untuk mengarahkan suara. Burung hantu berburu
aneka binatang seperti serangga, kodok, tikus, dan lain-lain.
Sarang
terutama dibuat di lubang-lubang pohon, atau di antara pelepah daun bangsa
palem. Beberapa jenis juga kerap memanfaatkan ruang-ruang pada bangunan,
seperti di bawah atap atau lubang-lubang yang kosong. Bergantung pada jenisnya,
bertelur antara satu hingga empat butir, kebanyakan berwarna putih atau putih
berbercak.
Ø PERILAKU
DAN HABITAT
● Aktif pada malam
hari.
● Menghuni lubang pohon, atap gedung,jurang atau tebing jurang.
● Tidak pernah dijumpai bersarang di atas tanah.
● Dapat bersarang pada kandang buatan 〈gupon〉.
● Bisa dikembangkan di areal persawahan.
● Lokasi pertanian padi, disekitarnya banyak pepohonan.
● Tidak bersifat migratori.
● Bersifat penetap 1,6 – 5 km sekitar sarang.
● Menghuni lubang pohon, atap gedung,jurang atau tebing jurang.
● Tidak pernah dijumpai bersarang di atas tanah.
● Dapat bersarang pada kandang buatan 〈gupon〉.
● Bisa dikembangkan di areal persawahan.
● Lokasi pertanian padi, disekitarnya banyak pepohonan.
● Tidak bersifat migratori.
● Bersifat penetap 1,6 – 5 km sekitar sarang.
3. Kucing
Bakau
Kucing bakau atau Fishing
Cat (Prionailurus viverrinus) ternyata bisa menyelam ke dalam air untuk menangkap mangsanya. Sesuai namanya, kucing
bakau di Indonesia sering dijumpai di daerah hutan bakau.
Dalam bahasa Inggris kucing bakau juga dinamai Fishing Cat. Ini merujuk pada
kegemarannya dalam berburu ikan sebagai makanan utamanya. Di mana dalam
berburu, kucing bakau sering menyambar ikan-ikan yang berada di perairan
dangkal bahkan sesekali dengan berenang dan menyelam ke dalam air.
Ciri dan Kebiasaan. Kucing bakau yang mempunyai nama
latin Prionailurus viverrinusmempunyai ukuran sekitar dua kali
lipat besarnya dibanding kucing domestik (Felis catus). Panjang tubuhnya
mencapai 57-78 cm dengan ekor sepanjang 20-30 cm dan berat mencapai 5-16 kg.
Bulu kucing bakau (Fishing Cat) berwarna abu-abu hijau zaitun dengan
pola totol hitam yang membentuk garis membujur di sepanjang tubuh. Bulu bagian
bawah berwarna putih dan bagian belakang telinga berwarna hitam. Sesuai dengan
habitat yang didiaminya, jari-jari kucing bakau memiliki semacam selaput.
Selaput ini mendukung kemampuan berenang dan menyelam kucing bakau.
Makanan utama kucing bakau adalah berbagai jenis ikan.
Selain itu kucing bakau atau Fishing Cat (Prionailurus viverrinus) juga
memangsa hewan air lainnya seperti katak, unggas air, dan udang, serta binatang
darat seperti tikus, burung, ular, dan bahkan anak rusa.
Daerah Persebaran dan
Habitat. Kucing bakau atau Fishing Cat (Prionailurus
viverrinus) tersebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Daerah sebarannya mulai dari Bangladesh, Bhutan, Kambodia, India, Indonesia,
Laos, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia, kucing bakau dapat
dijumpai di Jawa mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, meskipun
hanya pada lokasi-lokasi tertentu.
Habitat kucing bakau adalah daerah-daerah berlahan
basah seperti rawa, daerah aliran sungai, hutan mangrove dan daerah pasang surut di tepi pantai. Ancaman dan
Konservasi. Kucing bakau atau Prionailurus viverrinus,
terdaftar sebagai Endangered dalam IUCN Redlist dan CITES Apendiks II. Di Indonesia,
kucing bakau juga termasuk dalam satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Ancaman utama
kelestarian kucing bakau adalah berkurangnya lahan basah seperti hutan bakau akibat dikonversi menjadi
lahan pertanian, tambak dan pemukiman manusia.
4.
Landak
Landak adalah hewan pengerat (Rodentia) yang memiliki rambut yang tebal dan berbentuk duri tajam. Hewan ini ditemukan di Asia,
Afrika, maupun Amerika, dan cenderung menyebar di kawasan tropika. Landak
merupakan hewan pengerat terbesar ketiga dari segi ukuran tubuh, setelah kapibara dan berang-berang.
Hewan ini agak "membulat" serta tidak terlalu lincah apabila
dibandingkan dengan tikus. Karena rambut durinya, hewan lain yang mirip namun
bukan pengerat, seperti hedgehog dan landak semut (Echidna), juga dikenali sebagai
"landak".
Landak
secara umum adalah herbivora, dan menyukai daun, batang, khususnya bagian kulit
kayu. Karena hal inilah banyak landak dianggap sebagaihama tanaman pertanian.
Meskipun demikian, orang juga menjadikan landak sebagai salah satu bahan
pangan. Sate landak merupakan salah satu menu khas dari Kabupaten Karanganyar.
Landak
yang biasa dikenal orang adalah Hystrix, namun secara umum landak
juga dipakai untuk menyebut anggota dari suku/famili Erethizontidae(landak Dunia Baru,
marga: Coendou, Sphiggurus, Erethizon, Echinoprocta,
dan Chaetomys)
dan Hystricidae (landak Dunia Lama,
marga: Atherurus,Hystrix,
dan Trichys).
Habitat Landak terdapat pada semua tipe hutan, perkebunan, semak-semak, padang
rumput dan bahkan tepian perkampungan yang ada di wilayah bagian Jawa dan pulau
Madura. Landak merupakan satwa terrestrial ( hidup di tanah ) sehingga
Landak membuat sarang dengan membuat lubang di dalam tanah dengan kedalaman
sekitar 5 meter. Lubang ini terdiri beberapa cabang di dalam tanah yang
mempunyai beberapa pintu keluar. Satu lubang (berukuran lebih besar) menjadi
pintu masuk utama dan beberapa lubang (berukuran lebih kecil) sebagai pintu
keluar. Karena habitatnya berada didekat pemukiman warga dan lading masyarakat,
tidak jarang landak di anggap sebagai hama yang merusak tanaman di ladang para
petani.
Landak
|
Landak
Amerika Utara
|
5.
Kalong
Kalong adalah anggota bangsa kelelawar (Chiroptera) yang tergolong dalam marga Pteropus familia Pteropodidae,
satu-satunya familia anggota subordo Megachiroptera. Kata "kalong"
seringkali digunakan alih-alih kelelawar dalam percakapan sehari-hari, walaupun
secara ilmiah hal ini tidak sepenuhnya tepat, karena tidak semua kelelawar
adalah kalong. Kalong terutama merujuk pada kelelawar pemakan buah yang berukuran besar. Kelelawar buah
terbesar, sekaligus kelelawar terbesar, adalah kalong kapauk Pteropus vampyrus yang bisa mencapai berat 1.500 gram, dan bentangan sayap
hingga 1.700 mm.
Dalam bahasa
Inggris kalong biasa
dikenal sebagai Giant Fruit
Bats atau Flying Foxes. Kalong menyebar
di Asia tropis dan subtropis (termasuk di anak
benua India), Australia, Indonesia,
pulau-pulau di lepas pantai timur Afrika (tetapi tidak di daratan benuanya),
serta di sejumlah kepulauan di Samudra Hindia dan Pasifik.
Kelelawar
yang berukuran amat besar. Jari pertama sangat panjang, jari kedua memiliki
cakar yang berkembang baik. Tengkorak berukuran besar dan memanjang, dengan
rangka otak yang berbentuk hampir seperti pipa. Memiliki tiga geraham depan
atas, tetapi yang terdepan sangat kecil dan sering tanggal pada individu yang
tua.[2] Kalong tidak berekor.
Kalong
hanya memakan buah-buahan, bunga, nektar, dan serbuk sari;
ini menjelaskan mengapa kalong terbatas penyebarannya di wilayah tropis. Kalong
memiliki mata yang besar sehingga mereka dapat
melihat dengan baik dalam keadaan kurang cahaya. Indra yang secara utama
digunakan untuk navigasi adalah daya penciumannya yang tajam. Kalong tidak
mengandalkan diri pada daya pendengaran seperti halnya kelelawar pemakan
serangga yang menggunakan ekholokasi. Kalong sering
mencari makanannya sampai jauh, hingga sejauh 40 mil dari tempatnya tidur.
Di
Medan dan di beberapa tempat di Indonesia, kalong dijual untuk makanan yang
berkhasiat sebagai obat asma . Dimasak dengan gulai, kalong bisa disantap
bersama makanan yang lainnya. Kalong juga tinggal di dalam gua berstalaktit
yang sering menjadi tempat kunjungan pencinta alam untuk " caving".
Kalong di Jakarta banyak bermunculan di malam hari di pohon pohon Angsana,
Akasia, dan pohon pohon besar atau agak besar tetapi tidak diburu dan dijual.
Kalong
dianggap sebagai obat asma, konon karena dagingnya yang bisa memanaskan badan
manusia. Mungkin setelah dimakan dagingnya lebih berasimilasi dengan oksigen
sehingga pembakaran tubuh semakin tinggi panasnya dan membuat penderita asma
mendapatkan hangat di bagian paru. Kabar lain lagi , kalong dipercaya sebagai
obat asma karena kemampuannya hidup di malam hari dimana umumnya penderita asma
merasa sesak napas dan alergi dengan udara malam.
Kalong
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
Spesies
|
Habitat Kalong
adalah di gua, batu-batu karang, pohon-pohonan, Kalong mencari makan di waktu
malam, dan tidur bergelantung terbalik di waktu siang.
6. Berang
– Berang
Berang-berang adalah mamalia semi-akuatik
(atau akuatik, pada salah satu jenisnya) pemakan ikan.
Berang-berang terdiri dari beberapa marga anggota anak-suku Lutrinae,
yang bersama dengan jenis-jenis sigung (badger), biul, dan pulusan (weasel) membentuk suku Mustelidae. Dengan tiga belas spesies dalam
tujuh genus, berang-berang memiliki penyebaran hampir di seluruh
bagian dunia kecuali Australasia. Mereka umumnya memakan hewan-hewan
akuatik, terutama ikan dan kerang-kerangan, serta
hewan-hewan invertebrata lainnya;
namun juga amfibi, burung, dan mamalia kecil.
Berbentuk
mirip musang, berang-berang
memiliki tungkai yang relatif lebih pendek, dengan cakar yang berselaput, dan
–kecuali berang-berang laut– mempunyai ekor yang panjang berotot. Rambut-rambut
di tubuhnya terdiri dari dua lapisan. Bagian luar dengan rambut-rambut yang
panjang dan relatif keras, kaku; dan bagian dalam dengan rambut-rambut yang
halus, lunak. Lapisan dalam ini tidak tembus air dan memerangkap udara di dalamnya, sehingga menjaga kulit
berang-berang tetap kering dan hangat meskipun tengah berenang di air yang amat
dingin.
Banyak
jenis berang-berang yang menghuni perairan yang dingin; dan karena itu memiliki
laju metabolisme yang tinggi untuk menjaga agar
tubuhnya tetap hangat. Berang-berang pantai memerlukan makanan hingga sebanyak 15%
bobot tubuhnya setiap hari, sementara kebutuhan berang-berang laut berkisar antara 20–25% bergantung
kepada temperatur lingkungannya. Di perairan sedingin 10 °C (50 °F),
seekor berang-berang memerlukan sekitar 100 gram ikan per jam agar tetap
bertahan hidup. Kebanyakan jenis berang-berang menghabiskan 3 hingga 5 jam perhari
untuk berburu mangsanya, dan induk berang-berang yang tengah mengasuh anaknya
memerlukan waktu yang lebih banyak, hingga 8 jam sehari.
Ikan merupakan makanan utama bagi
kebanyakan berang-berang. Sebagai selingan, berang-berang juga memangsa kodok, udang, dan yuyu. Jenis berang-berang tertentu pandai
membuka cangkang kerang untuk memangsanya, sementara jenis
yang lainnya cukup tangkas untuk menangkap mamalia kecil atau burung di habitatnya. Ketergantungan kepada
mangsa ini menyebabkan berang-berang rawan terhadap penurunan populasi mangsa.
Berang-berang
merupakan hewan yang lincah dan aktif, memburu mangsanya di perairan atau di
dasar sungai, danau, dan laut. Kebanyakan jenis
hidup dan tinggal di dekat air, masuk ke badan air untuk berburu atau berpindah
tempat, namun sebagian besar waktunya dihabiskan di daratan. Kebalikannya,
berang-berang laut menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut.
Berang-berang
|
||||||||||||
Berang-berang
pantai (Lutra lutra)
|
||||||||||||
|
||||||||||||
Genera
|
||||||||||||
Populasi
berang berang semakin menurun karena penduduk seekitar terus membantai setiap
berang berang yang ditemuinya karena dianggap sebagai hama bagi ikan – ikan di
kolam mereka. Disamping itu ada juga orang yang menganggap berang – berang
mempunyai racun bias, hal ini sebetulnya hanya karena kerancuan nama antara
wising/lisang dengan wisang geni yang merupakan tokoh perwayangan.
7. Binturung
Binturung (Arctictis
binturong) adalah sejenis musang bertubuh besar, anggota suku Viverridae. Beberapa
dialek Melayumenyebutnya binturong, menturung atau menturun.
Dalam bahasa Inggris, hewan ini
disebut Binturong, Malay Civet Cat, Asian Bearcat, Palawan Bearcat, atau secara
ringkas Bearcat.
Barangkali karena karnivora berbulu
hitam lebat ini bertampang mirip beruang yang berekor panjang, sementara juga
berkumis lebat dan panjang seperti kucing (bear: beruang; cat: kucing).
Sebagaimana
umumnya musang, binturung terutama aktif di malam hari. Di atas pepohonan (arboreal)
atau juga turun ke tanah (terestrial). Kadang-kadang ada juga yang bangun dan aktif di
siang hari.
Meski
termasuk bangsa Carnivora, yang artinya pemakan daging
atau pemangsa, makanan binturung terutama adalah buah-buahan masak di hutan,
misalnya jenis-jenis ara (Ficus spp.). Hewan ini juga memakan pucuk dan daun-daun
tumbuhan, telur, dan hewan-hewan kecil semisal burung dan hewan
pengerat.
Pandai
memanjat dan melompat dari dahan ke dahan, binturung biasanya bergerak tanpa
tergesa-gesa di atas pohon. Ekornya digunakan untuk keseimbangan, atau
kadang-kadang berpegangan manakala sedang meraih makanannya di ujung
rerantingan. Cakarnya berkuku tajam dan melengkung, memungkinkannya untuk
mencengkeram pepagan dengan kuat. Kaki belakangnya dapat diputar ke belakang
untuk memegang batang pohon, sehingga binturung dapat turun dengan cepat dengan
kepala lebih dulu.
Binturung
mengeluarkan semacam bau, seperti umumnya musang, dari kelenjar di bawah
pangkal ekornya. Bau ini digunakan untuk menandai wilayah kekuasaannya. Hewan
betina melahirkan 2-6 anak, setelah mengandung selama kurang lebih 91 hari.
Binturung
menyukai hutan-hutan
primer dan sekunder, hanya
kadang-kadang saja ditemukan di kebun di tepi hutan. Hewan ini menyebar luas
mulai dari dataran tinggi Sikkim hingga ke Tiongkok selatan, Burma, Indochina, Semenanjung Malaya,Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Palawan.
Di desa-desa pinggiran hutan,
binturung sering dipelihara sebagai hewan kesayangan (pet). Orang menangkapnya
ketika hewan ini masih kecil dan membiasakannya dengan kehidupan manusia.
Dengan pemeliharaan yang baik, binturung
dapat
mencapai usia 20 tahun dalam tangkaran.
Sejalan
dengan berkembangnya perdagangan, binturung juga diperjual belikan di
pasar-pasar burung di kota. Selain itu, yang lebih mengancam kelestarian populasinya di alam, binturung juga diburu untuk
diambil kulitnya yang berbulu tebal, dan untuk dimanfaatkan bagian-bagian
tubuhnya sebagai bahan obat tradisional (jamu).
Ancaman
lain datang dari kerusakan lingkungan di hutan-hutan di wilayah
tropis sebagai akibat pembalakan yang serampangan. Hancurnya hutan
mengakibatkan rusaknya habitat binturung, sehingga populasinya di alam terus
menurun. Kini binturung termasuk hewan yang dikhawatirkan kelestariannya, dan
dilindungi oleh undang-undang negara Republik Indonesia.
Binturung
|
||||||||||||||||
Binturung, Arctictis binturong
|
||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
8. Harimau
Sumatera
Harimau
Sumatera (Panthera tigris
sumatrae) adalah subspesies harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatera,
merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga
saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically
endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga
Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar
diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di Sumatera.
Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang
menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah,
bila berhasil lestari.
Penghancuran
habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap
berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.
Harimau Sumatera adalah subspesies harimau
terkecil. Harimau Sumatera mempunyai warna paling gelap di antara semua
subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat
kadang kala dempet. Harimau Sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci
dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki
dengan berat 300 pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa
dapat mencapai 60 cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar
198 cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg. Belang harimau Sumatera lebih tipis
daripada subspesies harimau lain. Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang
paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga
oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai
dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil
memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang
menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan
mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang.
Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.
Harimau Sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera.
Kucing besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan
pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar
400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di
daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang
250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau
Sumatera mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti
blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan
terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga
perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang
semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih
dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena
tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja
dengan manusia.
Harimau Sumatera
|
Harimau
Sumatera menghadapi dua jenis ancaman untuk bertahan hidup: mereka kehilangan
habitat karena tingginya laju deforestasi dan terancam oleh perdagangan illegal
dimana bagian-bagian tubuhnya diperjualbelikan dengan harga tinggi di pasar
gelap untuk obat-obatan tradisional, perhiasan, jimat dan dekorasi. Harimau
Sumatera hanya dapat ditemukan di pulau Sumatera, Indonesia.
Ciri-ciri Fisik
·
Harimau Sumatera memiliki tubuh yang
relatif paling kecil dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini.
·
Jantan dewasa bisa memiliki tinggi hingga
60 cm dan panjang dari kepala hingga kaki mencapai 250 cm dan berat hingga 140
kg. Harimau betina memiliki panjang rata-rata 198 cm dan berat hingga 91 kg.
·
Warna kulit harimau Sumatera merupakan
yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan
hingga oranye tua.
9. Trenggiling
Trenggiling (Manis
javanica) mempunyai bentuk
tubuh yang memanjang, dengan lidah yang dapat dijulurkan hingga sepertiga
panjang tubuhnya untuk mencari semut di sarangnya. Tenggiling adalah haiwan yang
tergolong dalam golongan kelas Mamalia. Tenggiling adalah haiwan berdarah
panas, melahirkan anak, menjaga anak, dan mempunyai bulu dan sisik di badan.
Tubuh tenggiling lebih besar dari kucing. Kakinya pendek dan ekornya panjang.
Tubuhnya bersisik. Sisik pada bagian punggung dan bagian luar kaki tenggiling
berwarna coklat terang. Ia tidak mempunyai gigi. Ia memangsa makanan berupa
semut dan serangga menggunakan lidahnya. Jantung Tenggiling terdiri daripada 4
bahagian seperti manusia. Bahagian atas dikenali sebagai atrium, sementara
bagian bawah dikenali sebagai ventrikel.
Rambutnya termodifikasi menjadi semacam sisik besar
yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika
diganggu, trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola.
Ia dapat pula mengebatkan ekornya, sehingga "sisik"nya dapat melukai
kulit pengganggunya. Trenggiling
mempunyai lidah yang mampu dijulurkan hingga sepertiga panjang tubuhnya. Lidah
ini berguna untuk menangkap semut dan rayap yang merupakan makanan utamanya. Lidahnya digunakan untuk menjilat
buruannya. Semut dan rayap akan melekat di lidah trenggiling berkat ludahnya.
Di bagian dada trenggiling terdapat kelenjar ludah yang sangat besar. Kelenjar
ini menghasilkan cairan yang bisa merekat insek. Trenggiling (Manis javanica)
merupakan binatang nokturnal yang aktif melakukan kegiatan
hanya di malam hari. Satwa langka ini mampu berjalan beberapa kilometer
dan balik lagi kelubang sarangnya yang ditempatinya untuk beberapa bulan.
Binatang ini mempunyai bentuk tubuh khas yang memanjang dan tertutupi sisik.
Panjang dari kepala hingga pangkal ekor mencapai 58 cm. Panjang ekor mencapai 45
cm. Berat tubuh trenggiling sekitar 2 kg.
Trenggiling
terancam keberadaannya akibat habitatnya terganggu serta menjadi obyek
perdagangan hewan liar.
Trenggiling
habitatnya di daerah hutan hujan tropika amat sesuai sebagai habitat hidupan
liar ini. Tinggla di lubang – lubang bawah pohon, bagian akar pohon, dalam
lubang dan sarang anai – anai dan semut yang digali, serta pada batang poko
yang berlubang.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan di Kebun Binatang Surabaya, dapat disimpulkan bahwa
binatang malam yang ada di Kebun Binatang Surabaya kurang terawat. Ada yang
hewan di kandangnya tidak ada dan hanya tempat tingganya yang tersisa. Dengan kondisi
yang demikian, sangat memprihatinkan sekali. Tempat yang seharusnya sebagai tempat pendidikan, riset, dan tempat konservasi untuk satwa yang
terancam punah malah tidak terurus.
Hewan malam yang ada
di Kebun Binatang Surabaya antara lain urung gagak, burung hantu, kucing bakau,
landak, kalong, berang – berang, binturung, harimau Sumatra, dan trenggiling.
Penelitian dilakukan pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar